Pada tanggal 19 dan 20, Mei 2018, Tim Jurnalis Multilingual SISU yang terdiri dari 4 dosen dan 27 mahasiswa yang dari berbagai jurusan bahasa asing melancarkan kunjungan yang berisikan sejarah dan kebudayaan ke Kota Nanjing, ibu kota Propinsi Jiangsu, Tiongkok Timur. Melalui kunjungan 2 hari ini, diharapkan mahasiswa-mahasiswa multilingual dapat mengenal sejarah dan kebudayaan tanahair dengan lebih mendalam; dan selanjutnya membicarakan cerita Tiongkok kepada dunia dengan bahasa-bahasa asing yang dikuasai mereka masing-masing.

Pada tanggal 19, Mei, Tim Jurnalis Mahasiswa Multilingual SISU mengunjungi Museum Nanjing. Museum Nanjing tercantum dalam 3 museum terbesar Tiongkok, merupakan museum tingkat I nasional. Museum Nanjing 130.000 meter persegi lebih luasnya, dan berpola "1 museum 6 paviliun", yaitu Paviliun Sejarah, Paviliun Pameran Khusus, Paviliun Digital, Paviliun Kesenian, Paviliun Warisan Budaya Non-benda dan Paviliun Republik Tiongkok. 

Dalam 6 paviliun tersebut terpamer lebih dari 420.000  barang simpanan. Melalui kunjungan dalam Museum Nanjing selama 3 jam, mahasiswa-mahasiswa sempat memahami kebudayaan dan sejarah Tiongkok yang luar biasa dengan mata  dan telinga sendiri.

Pada tanggal 20 pagi, jam 8:30, Tim Jurnalis Mahasiswa Multilingual SISU tampil di depan depan the Memorial Hall of The Victims in Nanjing Massacre by Japanese Invaders. Lebih dahulu, para dosen dan mahasiswa bersama ikut berduka kepada 300.000 korban saudara-saudari setanah air yang dibunuh pada 71 tahun yang lalu.

Nanjing Massacre by Japanese Invaders yang terjadi pada tahun 1937 merupakan tragedi yang mengejutkan di dunia. Gambar-gambar dan benda-benda yang dipamerkan di sini mengagetkan dan menyedihkan setiap pengunjung.

Seusai kunjungan dalam Ruangan Pameran Massacre, Bapak Wang Shanfeng, Direktur Kantor the Memorial Hall of The Victims in Nanjing Massacre memberi ceramah mengenai sejarah massacre yang sangat menarik kepada Tim Jurnalis Mahasiswa Multilingual SISU.

Sesudah ceramah tersebut, dinyatakan oleh para mahasiswa bahwa perdamaian yang paling berharga di dunia, dan kita seharusnya menghargai kehidupan kita yang begitu bahagia pada masa kini.