“Setelah gambar biru untuk menata negara tercetus di bawah naungan rumah Jalan Xingye itu, rakyat berduyun-duyun mengikuti jejak Partai Komunis Tiongkok dan berjibaku untuk menyelamatkan dan merevitalisasi bangsa dan negara.”

“兴业宇下江山绘，匡世经纬万众随。”

Pada tahun 1921, di Nomor 76 Jalan Xingye Shanghai, Kongres Nasional Ke-1 Partai Komunis Tiongkok digelar di dalam Daerah Sewaan Prancis. Belasan tokoh tersohor yang dipengaruhi Maxisme dan diilhami Revolusi Soviet di Rusia berkumpul di sini, melakukan konsultasi untuk suatu hal yang amat besar, penting dan signifikan bagi sejarah Tiongkok, yaitu memutuskan mendirikan Partai Komunis Tiongkok.

Sejak meletusnya Perang Opium antara Dinasti Qing dengan Inggris pada tahun 1840, rakyat Tiongkok sudah cukup lama menderita kesengsaraan di sisi material atau jasmani dan siksa di sisi semangat atau rohani, bahkan masyarakat tampak agak kaku dan tumpul akan krisis bangsa dan keadaan negara di ujung tanduk. Dalam masa sepanjang separoh abad lebih itu, sejumlah sosok yang bercita-cita dan tokoh yang bertekad juang berturut-turut menceburkan diri ke dalam jalan yang membela tanah air dan mengikhtiarkan kebangkitan bangsa. Antara lain, kalangan konservatif feodalistis yang mengirim siswa ke negara maju untuk mempelajari teknologi barat; kalangan revolusioner feodalistis yang berinisiatif meneladan sistem pemerintah barat dan menegakkan kabinet serta DPR; kaum kapitalis nasional yang berhasil menggulingkan Dinasti Qing yang sudah sangat lama menindas dan memeras rakyat Tiongkok. Tetapi semuanya tersebut tidak dapat memperoleh sukses yang mutlak dan membawakan kemerdekaan dan emansipasi kepada rakyat Tiongkok. Misalnya, rancangan yang diprakarsa kalangan konservatif feodalistis sesudah menggebu-gebu selama empat puluh tahun lebih berkonsekuensi gulung tikar akibat kekalahan total dalam Perang Jiawu Tiongkok-Jepang yang ditandai Angkatan Laut Samudra Utara dihancurkan semuanya di Pelabuhan Weihai. Bagi kalangan revolusioner feodalistis sukses hanya eksis selama 100 hari. Karena terbatas pada sifat aslinya, kaum kapitalis tidak bisa memimpin rakyat Tiongkok keluar dari kegelapan pula. Maka, beban berat itu akhirnya jatuh pada kaum proletariat, yaitu pundak Partai Komunis Tiongkok.

Fakta telah membuktikan bahwa, jalan yang ditempuh Partai Komunis Tiongkok adalah pilihan sejarah, baik Feodalisme maupun Kapitalisme semuanya tidak sesuai dengan realitas dan situasi negara mendasar yang berada di Tiongkok, tidak berkemampuan untuk membawakan cahaya untuk rakyat Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok hanya menghabiskan waktu 28 tahun saja dalam proses memimpin masyarakat merealisasikan kemerdekaan bangsa dan negara. Tak pelak lagi ucapan Presiden Mao yang berbunyi “Pembentukan Partai Komunis Tiongkok adalah peristiwa yang memiliki arti membuka jaman dan tonggak sejarah. Sejak adanya Partai Komunis Tiongkok, citra revolusi Tiongkok bagaikan terbuka lembaran baru”.

Partai Komunis Tiongkok bukan hanya pilihan sejarah, yang lebih penting ia pilihan rakyat. Partai Komunis Tiongkok selalu mementingkan kepentingan rakyat, mengagungkan prinsip “melayani rakyat dengan hati bulat”, sementara secara ketat menaati disiplin sebagai tentara rakyat, satu jarum satu benang pun tidak akan mereka ambil dari massa. “Bertitik tolak dari massa dan rakyat, demikian juga kembali berbaur ke dalam massa dan rakyat.” Itulah sebabnya maka Partai Komunis Tiongkok sebegitu dijunjung tinggi oleh massa dan rakyat. Hubungan antara Partai Komunis Tiongkok dengan massa dan rakyat bagaikan hubungan ikan dengan air, siapa pun tidak mungkin terlepas dari satu sama lain. 

Penulis: Yang Jing(Siswa Kelas-3 Jurusan Bahasa Indonesia)

Guru Pembimbing: Yu Qian