Musyawarah Nasional (Munas) APSMI (Asosiasi Program Studi Sastra Mandarin Indonesia) ke-1 digelar di Ruang Pertemuan Perpustakaan Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu lalu (28/5).

Munas tersebut dihadiri lebih dari seratus wakil termasuk Perwakilan Kedubes RRT di Jakarta, Jin Hong Yue, Ketua Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa Jakarta, Zainal Arifin serta pejabat pendidikan dan sejumlah dosen bahasa Tionghoa Indonesia.

Jin Hongyue memuji APSMI yang sejak didirikan selalu aktif melakukan pengajaran bahasan Mandarin sehingga telah mendorong pertukaran kebudayaan dan pendidikan antara Tiongkok dan Indonesia. Kerja sama Tiongkok dan Indonesia di bidang hubungan antar masyarakat semakin meningkat sejak terbentuknya mekanisme komunikasi hubungan antar masyarakat tingkat wakil perdana menteri bilateral pada Mei tahun lalu. Saat ini terdapat lebih dari 500 mahasiswa Tiongkok yang melanjutkan studi di Indonesia, sementara itu tercatat lebih dari 14.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Tiongkok. Jumlah pendaftar ujian bahasa Mandarin di Indonesia juga meningkat dari tahun ke tahun. Angkanya adalah 12.000 orang pada tahun lalu. Mahasiswa yang pernah melanjutkan studinya di Tiongkok tersebar di berbagai kalangan sosial Indonesia dan telah menjadi duta dalam komunikasi Tiongkok dan Indonesia.

Ketua Dewan Penasihat APMSI menyatakan, kini mata kuliah atau program bahasa Mandarin dibuka di 102 universitas dan 2.500 sekolah menengah dan sekolah dasar di negara-negara Asia Tenggara. Jumlah siswa yang belajar bahasa Mandarin di Asia Tenggara mencapai sekitar 600 ribu orang. Saat ini jumlah orang yang belajar bahasa Mandarin semakin meningkat dan telah menjadi salah satu trend baru di kota-kota besar Indonesia. Jurusan bahasa Mandarin dan Sastra Tionghoa di Indonesia memandang penting pengajaran bahasa Tionghoa. Kini banyak orang Indonesia berminat untuk belajar di universitas Tiongkok. Bahasa Tionghoa telah menjadi bahasa internasional terbesar kedua di dunia setelah bahasa Inggris.