Gulinigar Kaishal, lulusan Shanghai International Studies University (SISU), memilih untuk bekerja di pos pemeriksaan imigrasi Hongshanzui di kota kelahirannya Xinjiang di mana salju bahkan dapat mencapai empat meter dan bertahan hingga delapan bulan setiap tahun.

Terkesan oleh reportase internasional yang menyesatkan tentang kapas yang diproduksi di Xinjiang dan kegiatan teroris yang sering terjadi di Xinjiang yang ditampilkan di China Global Television Network (CGTN) - rekaman film dokumenter, dia datang dengan ide untuk kembali ke kampung halamannya dan bekerja untuk menjaga perbatasannya. “Saya lebih suka mengembangkan kota asal saya daripada berjuang di kota asing karena yang pertama lebih berarti bagi saya,” katanya.

Sebagai pendatang baru, dia berpegang teguh pada rencana pelatihan yang ketat untuk memenuhi tuntutan fisik polisi. Sebagai bagian dari rencana, dia berlari lima putaran melalui rintangan dari pukul 08:30 setiap hari dan berlari lima kilometer tiga kali seminggu. Dia sering meminta saran manajemen imigrasi kepada seniornya tentang cara mengautentikasi orang, memasukkan informasi, dan menulis dokumen resmi.

Pengalaman tujuh tahun belajar bahasa Arab di SISU memungkinkan dia menguasai bahasa Mongolia, Rusia, dan bahasa lain yang biasa digunakan dalam pekerjaannya, dan dia membantu rekan-rekannya berkomunikasi dalam bahasa-bahasa tersebut. Untuk berkomunikasi lebih baik dengan orang-orang Arab, ia memberikan kursus kepada rekan-rekannya tentang gambaran umum negara-negara Arab secara langsung untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang negara-negara ini.

Dalam kegiatan yang diadakan di pos pemeriksaan itu, dia membacakan puisi untuk mengungkapkan kekagumannya terhadap para penjaga keamanan nasional dengan membandingkan mereka dengan elang. " Di sepanjang perbatasan panjang tanah air, saya melihat elang Pamir membubung di langit."