Shanghai International Studies University (SISU) memanfaatkan data besar untuk mengembangkan sistem kueri dan penghitungan waktu nyata, meningkatkan efisiensi penghitungan data uji asam nukleat mahasiswa dan anggota fakultasnya.

Sistem dapat menghasilkan laporan statistik data terkait kapan pun diperlukan, termasuk pengambilan sampel asam nukleat, hasil pengujian, dan catatan vaksinasi.

Dengan mengambil 100.000 keping data setiap kali,   sukarelawan dapat memastikan semua orang telah menghadiri tes siang hari dan dengan cepat menemukan infeksi di kampus. “Ini adalah praktik yang bagus untuk mencegah wabah Omicron di kampus melalui penerapan teknologi data besar,” kata Xu Liyun, kepala Kantor Urusan Kemahasiswaan.

Sebelum dirilis, relawan harus menghabiskan dua hingga tiga jam setiap hari menghitung data uji asam nukleat. “Penghitungan manual membutuhkan banyak tenaga dan waktu,” kata Hu Jianing,  konselor bimbingan Sekolah Studi Bahasa Perancis dan Bahasa Perancis SISU serta pemimpin kelompok sukarelawan. “Kami harus membuat daftar periksa, dan setelah siswa kembali, asrama menugaskan seorang sukarelawan di setiap lantai untuk menghitung catatan mereka, lalu melaporkan situasinya ke atasan.”

Ada 31 gedung asrama mahasiswa di kampus Songjiang SISU dan setiap asrama dihuni hampir 300 mahasiswa. “Sistem ini memungkinkan kami untuk menyingkirkan penghitungan manual yang berat untuk sejumlah besar siswa,” kata Xu.

Ini merupakan kali kedua SISU memanfaatkan data besar untuk memerangi pandemi. Tahun lalu, SISU telah menerapkannya untuk mengembangkan program mini yang disebut "kode kesehatan SISU." Hal ini dapat mempersingkat proses pengecekan sebelum memasuki kampus, yang sebelumnya mengharuskan anggota SISU untuk menunjukkan ID universitas, kode kesehatan, dan catatan tes asam nukleat mereka secara bersamaan.